Dan
tiba-tiba kami saling menyapa, saat awal kami bertemu.
Dan
kemudian kami saling mengakrabi, bahkan saat kami belum saling mengenal nama.
Dan selanjutnya....saat kami berpisah....maka
sesuatu hal terbit...kami menjadi insan-insan bersaudara.
sebuah persahabatan |
Sapa
Merbabu...saat persaudaraan terbit.
- - - - - -
Puncak Merbabu |
Pagi
masih muda, sinar mentari mulai menembus pepohonan memanjang seperti selendang
keemasan, jam tangan menunjukkan 4:50 WIB, kami berhenti sementara di antara
Sabana II dan Jemblongan untuk bersujud berjamaah ke Maha Pencipta Keindahan,
memang pagi itu cerah, kami gunakan embun-embun menggantung di dedaunan yang
tampak seperti berlian jatuh dari langit sebagai pembasuh wudhu.
Selesai
sholat kami melanjutkan perjalanan, kebetulan rombongan yang tertinggal
sekarang tepat di belakang kami. Tepat jam 6:00 WIB akhirnya puncak Merbabu
kami daki. Ucap syukur membasahi mulut kami. Gunung ini memang salah satu yang
tercantik di Pulau Jawa. Selain mempunyai padang rumput yang sangat luas, bila
dari puncak akan terlihat puncak-puncak kecil seperti bukit-bukit mengiringi
perjalanan kami. Semacam raksasa penjaga puncak. Ditambah panorama puncak
“kekasih Merbabu”, Merapi yang pasti akan membuat para pendaki akan tahan
berlama-lama dan rindu bila tidak menjumpainya lagi.
Selesai
mengabadikan dalam kamera agar tidak mata kami saja yang menjadi saksi
keindahannya, tepat jam 8:00 kami memutuskan untuk turun. Angin lembah efek dari
perbedaan suhu dan tekanan menghantam sejuk di muka kami. Semilir angin membuat
alang-alang berkelebat. Cukup cepat saat kami turun, hanya butuh waktu tiga
jam. Tapi kami semua sepakat, mungkin tiga tahun lagi pun kami tidak akan
melupakan pengalaman kesananya. Mungkin karena panoramanya, juga
kawan-kawannya. Di Merbabu kami mendaki sekaligus menemukan saudara baru.
-
- - - - - -
pemberangkatan dari basecamp |
Dari
kecamatan Selo kami bergerak menuju basecamp pendakian merbabu yang konon gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan
1797. Desa-desa kami lalui, tampak asri dan alami apalagi ditambah pesona
jalanan yang berkelak-kelok dengan view yang menghijau. kampung Tuk Pakis
namanya, masuk Desa Jarakan. Kampung ini
merupakan Kampung terakhir untuk mencapai puncak Gunung Merbabu. Untuk
tiba di kampung ini perjalanan melewati jalanan berbatu melalui Kampung Jarakan
(± 1.580 m dpl) dan kampung Selo Tengah sekitar 1 jam perjalanan dari Pos
Polisi yang ada di pusat wilayah Selo. 30 menit kami sampai.jalur Selo adalah
salah satu jalur dari dua jalur yang direkomendasikan. Satunya lagi adalah
jalur Kopeng Magelang.
Dusun
Tuk Pakis terletak pada ketinggian 1.800 m.dpl, merupakan perkampungan kecil.
Mata pencaharian sebagian besar penduduk dusun ini dengan bertani
sayur-sayuran. Untuk dicatat, PERSEDIAAN
AIR SEBELUM MENDAKI SEBAIKNYA MENGAMBIL DI KAMPUNG INI KARENA SUMBER AIR TIDAK
KITA TEMUI LAGI SEPANJANG PENDAKIAN KE PUNCAK GUNUNG MERBABU.
Perjalanan
dari pos I
hingga pos II ditemani hutan-hutan montane yang kebanyakan didominasi
jenis pinus. Kuran lebih membutuhkan waktu 90 menit. Tidak terlalu melelahkan
karena selain belum mencapai jalan pendakian curam, kami isi juga perjalanan
kami dengan canda khas sok akrab. Pos yang berupa sebidang tanah ini berada
pada ketinggian ± 2190 m
Pos I |
Dari
pos I kami melanjutkan perjalanan ke pos II. Pos Pandean Namanya. Kurang lebih
kami harus mendaki setinggi 230 m untuk mencapainya. Hampir sama, 90 menit kami
habiskan untuk menyusurinya. Tampak monyet bergantungan menemani perjalanan
kami. Sebenarnya saya ingin sekali mengambil gambar monyet-monyet itu, tapi
sayang mereka terlalu gesit untuk diambil. Tampak juga beberapa jenis ekor
burung habitat asli Gunung Merbabu. Pada ketinggian ± 2420 mdpl di punggung
merbabu jenis hutan mulai tampak berbeda, ada sedikit peralihan jenis, namun
fauna-faunanya masih banyak ditemukan.
Perjanan
kami lanjut. Arloji menunjukan pukul 15.30 WIB. Udara dingin mulai menusuk
tulang-tulang ditambah matahari yang sudah mulai menurunkan panasnya. Satu jam
kami berjalan hingga akhirnya sampai di pos III. Watu tulis namanya. Tidak ada
yang tahu dari kami mengapa namanya watu tulis. Mungkin karena banyak batus
besar dan coretan-coretan di batu ini. Disini edelwies mulai tumbuh kembang dan
tumbuhan tipe alang-alang juga sejenis arbei gunung sudah bisa dideteksi. Dari
pos dengan ketinggian ± 2590 mdpl pemandangan gunung merapi mulai memanjakan
mata kita.
Pos III (Watu Tulis) |
45
menit perjalanan dari pos III, kami memutuskan beristirahat sementara di Sabana
I. Selain karena lelah perjalanan, sangat rugi juga kalau tidak menyempatkan
untuk melihat cakrawala yang mulai terendam di ufuk barat dari lokasi ini. Pos
sabana I memiliki ketinggian ± 2770 m. Udara dingin benar-benar sudah terasa di
ketinggian ini, beberapa dari kami sudah menggunakan jaket sebagai penghangat.
Tidak lama kami lanjutkan ke pos sabana II. Jalanan mulai terlihat lebih
menanjak. Hingga 60 derajat. Beberapa dari kami bahkan sering terpeleset karena
kelelahan. Tapi akhirnya sampai juga di pos sabana II. Sebenarnya perjalanan
cukup mengasikkan karena disepanjang jalan kami ditemani dengan edelwies. Dari
Pos Sabana I hingga Pos Sabana II sebenarnya bisa cepat, namun karena sudah
sore kami putuskan untuk berhenti. Di Pos Sabana I kami beristirahat untuk
“menginap” dan melanjutkan perjalanan besok paginya.
Jam
4:00 udara sedingin es. Kami terbangun. Beberapa pendaki tampak sudah merapikan
tenda-tenda untuk melanjutkan perjalan. Dari Pos Sabana I kami melanjutkan
perjalanan ke Sabana II
Pos
Sabana II berada pada ketinggian ±2860 mdpl. Ada sebuah bukit dengan kecuraman
hampir 70o untuk menuju ke Pos sabana II. Pos sabana II akan memberikan
keindahan yang sangat luar biasa. Bukit-bukit terlihat semacam pasukan pasukan
yang tegap menjaga puncak. Dan tentu disini sangat cocok utuk ajang lokasi
“pameran” foto.
Sebenarnya
jarak dari Pos Sabana I ke Pos Sabana II cukup dekat, namun karena ada pemisah
bukit dengan tanjakan yang sangat ekstrim, jadinya kami membutuhkan waktu
sekitar 30 menit untuk melewatinya.
Dari
Pos Sabana II perjalanan kami lanjutkan, kami tidak begitu lelah karena
disuguhkan pemandangan yang sangat indah dan kami tahu sebentar lagi akan
sampai puncak. Tidak sampai setengah jam kami melewati Jemblongan, banyak juga
pendaki yang meyebut ini Pos Sabana III. Ternyata di Pos ini juga banyak
pendaki yang beristirahat untuk mendirikan tenda. Memang, saya sediri mengakui
banyak lokasi Merbabu yang cocok dijadikan lokasi berkemah, banyak lokasi yang
datar sehingga memudahkan pendaki untuk beristirahat dan bermalam. Selain itu
topografi yang berbukit-bukit menjadikan lokasi-lokasi berkemah lebih aman dari
terjangan angin, baik angin gunung maupun angin lembah.
Pos
Jemblongan atau Pos Sabana telah kami lewati, satu jam kemudian akhirnya puncak
kami gapai. Puncak Triangulasi namanya. Puncak tertinggi di Mebabu.
Dari puncak itu kita bisa melihat ternyata ada banyak puncak di Merbabu. Beberapa pendaki bahkan masih penasaran dan masih melanjutkan ke puncak yang lainnya. “tidak afdol” katanya. Kami mencukupkan perjalanan di puncak ini, Merapi tampak semakin berwibawa dab megah terlihat. Letih dan lelah terasa hilang, apalagi kami mendapat saudara-saudara baru yang meceritakan pengalaman-pengalaman masing-masing.
Tepat jam 8:00 WIB kami memutuskan untuk pulang. Thanks Merbabu.
Semoga keindhanmu selalu terbit layaknya persaudaraan-persaudaraan kami yang
terbit.
dan puncak pun terdaki |
Dari puncak itu kita bisa melihat ternyata ada banyak puncak di Merbabu. Beberapa pendaki bahkan masih penasaran dan masih melanjutkan ke puncak yang lainnya. “tidak afdol” katanya. Kami mencukupkan perjalanan di puncak ini, Merapi tampak semakin berwibawa dab megah terlihat. Letih dan lelah terasa hilang, apalagi kami mendapat saudara-saudara baru yang meceritakan pengalaman-pengalaman masing-masing.
kami di puncak tertinggi |
“Jangan biarkan
hanya mata kami saja yang menjadi saksi”
didepan Merapi |
mas saarbol action hehe |
jalur pendakian dari magelang |
Ladang edelwies |
Padang Sabana II |
kemesraan ini...janganlah cepat berlalu |
menjelang puncak |
sang ustad |
Gak jelas nunjuk-nunjuk apa -_- |
hoaaaaaahm ckckckck |
kame-hame!!! |
GreatGina! |
Merbabu
End
Trimakasih kepada :
Uhtin
Sulastri (ahli biologi undip)
Afirman
Karyono (marine & mountainer’s)
Atom
Najibullah (fisheries tech laboratory)
Icha
aprilia (administrasi yg ngitung2 uang & utang)
Dahliana
agustini (industrial enginering bagian pariwisata)
Jam
dinding basecamp menunjuk angka 12.00 WIB Tepat dhuhur kami sampai disana. Sangat
sepi untuk ukuran hari sabtu.
“mau
naik merbabu juga mas?” seorang bertanya kepada kami. “nggak mas mau ke belanja
ke mall”
“he,he
habis dhuhur bareng ya mas” lanjutnya
“dengan
senang hati”
dan juga :
Mas
sarung “faiq” bolong (president of indonesian mbolang comunity)
Mas
sunt (juragan gundu)
Mas
Halwani (ustadnye jawa timur)
Mbak
lela & mbak gina (saudara kembar adek kakak)
Dibalik
layar
- Sssttt mas rustom sama mas gunt diam-diam semakin
deket & saling cocok
- Mas
faiq itu nama aslinya mas sarung bolong
- Mbak
icha katanya sih orang paling nyebelin di tim ini(cumakatanya)
Perjalanan
- Semarang –
Boyolali kota :
2 jam 20 menit
- Boyolali Kota – Kecamatan
Selo :
30 menit
Harap melapor
dahulu ke kantor polisi setempat
- Selo – Camp Pendakian : 30 menit
Pendakian
- Camp Pendakian – Pos I : 1 jam
- - Pos I – Pos II : 1 jam
- Pos II – Pos III : 45 menit
- Pos III _ Pos Sabana I : 1,5 jam
- Pos Sabana I – Pos Sabana II : 20 menit
- Pos Sabana II – Pos Sabana III : 20 menit
- Pos Saban III – Puncak :
1 jam
http://akuntomountain.wordpress.com/category/gunung/merbabu/ |
Me, Oceanografer&Mountaineering |
edelweiss .. :D
BalasHapusmas, izin ambil foto subuh nya yaa..
iya mbak febita :D
Hapusboleh2...ntar nek naik tak cariin foto edelwies n shubuhnya lah bwtmu :D
hohoo.. makasih mas :D
Hapusiya saya juga makasih dah diajari n label, menggal paragraf dll ^_^
HapusHahahaha... :D
BalasHapusgimana mas bro? B-)
Hapus